Memilih kampus bagi calon mahasiswa baru gampang susah. Kadang antara idealisme dengan kenyataan berbeda. Namun, ada kala idealisme dengan kenyataan mudah dikompromikan. Begitulah dinamika dihadapi calon mahasiswa baru memilih Perguruan Tinggi diinginkan.
Hemat penulis, sebelum memilih kampus, ada baik ditata dulu niat. Artinya, dari awal kita sudah memiliki keinginan, memilih PT tersebut karena orientasi ke depan mau menjadi A misal. Niat ini penting. Karena dari situ, membuka titik terang kampus mana yang cocok seperti diharapkan.
Ketika niat itu sudah ditata dan menemukan kampus yang cocok, menurut penulis, calon Maba tidak hanya berhenti sampai di situ. Proses selektif memilih PT sebagaimana diidealkan dilakukan. Dalam arti, calon Maba mesti melihat lebih jauh bagaimana dinamika ilmiah, dan kultur akademik serta kekuatan jaringan alumni yang sudah dihasilkan kampus tersebut.
Dalam menilai internal kampus cukup sederhana. Calon Maba dapat melihat atau bertanya pada siapa pun yang mengerti pada kampus dituju, bagaimana kultur ilmiah berkembang dalam kampus itu. Indikator sederhana dapat menjadi pijakan calon Maba mengambil kesimpulan tepat pada kampus diharapkan adalah seberapa kuat tradisi ilmiah di PT tersebut. Misal, budaya akademik, membaca, diskusi, menulis, berorganisasi—hidup, maka usul penulis pilihlah kampus itu. Tradisi ilmiah ini mesti dipraktikkan civitas akademika, mahasiswa, dosen, bahkan karyawan, baik dalam ruang formal, nonformal, dan informal di kampus.
Penguatan kultur ilmiah dalam kampus akan mempengaruhi impian atau cita-cita awal Anda masuk PT. Artinya jika Anda mengikuti dengan aktif tradisi ilmiah di kampus, maka itu akan menjadi kendaraan Anda mewujudkan cita-cita diinginkan. Tanpa melakukan hal ini, bukan maksud mendahului kehendak Sang Pencipta, tapi berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan penelitian, banyak mahasiswa kandas harapannya hanya karena ia tak aktif mengikuti tradisi ilmiah kampus.
Selain cara ini, ada hal lain yang juga menjanjikan suatu harapan mewujudkan cita-cita di kampus. Yakni soal kekuatan jaringan alumni. Ada banyak pengangguran sarjana akibat kelemahan jaringan alumni PT. Menurut data BPS, pada 2011 saja jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,7 juta orang atau 6,56 persen dari total angkatan kerja. Pengangguran itu terjadi selain masalah personal, faktor dominan lain karena kelemahan jaringan alumni yang dimiliki kampus. Maka, carilah PT yang jaringan alumni kuat. Itulah trik jitu memilih kampus.
Agus Syahputra*
Ketua Umum IKPM SUMSEL Yogyakarta 2012-2014.
0 komentar:
Posting Komentar