Penulis :
Irwan Masduqi
Penerbit : Mizan
Tahun Terbit : 2011
Tebal : 310 halaman
Penerbit : Mizan
Tahun Terbit : 2011
Tebal : 310 halaman
Abad modern ditandai keringnya spirit religiusitas (Islam),
memaksa kita untuk berpikir, apakah umat Islam menjalankan agama sesuai
petunjuk kitab suci Al-Quran dan Sunnah Nabi secara holistik. Pertanyaan ini
memang patut diajukan, mengingat dewasa kini, tragedi kemanusian kerap muncul
dalam kehidupan kita dengan membawa legitimasi dan simbol hingga doktrin agama
Islam.
Ingatan kelam kita masih segar ketika bom Bali mengguncang negeri
ini. Teror dan peristiwa keji atas nama agama Islam terus terjadi dan menghantui
kerukunan umat beragama. Di Pandeglang, Banten, kekerasan terhadap kelompok
agama ditebus dengan darah dan nyawa. Di kota lain, Solo, bom bunuh diri
terjadi di gereja. Dan kini, kekerasan, pertikaian, horor dengan legitimasi
agama masih mengintai.
Pertanyaannya, apa yang sedang terjadi dengan umat Islam? Apakah
Islam memang agama yang kerap mengumbar kekerasan, mengangkat pedang, intoleran
dengan perbedaan, agama eksklusif, merasa benar sendiri. Selain itu, apakah
kini, ayat-ayat perang lebih ditonjolkan dari pada menebar ajaran damai. Pendek
kata, tampaknya citra Islam sebagai agama damai dan agama rahmatan lil’alamin
telah mengalami reduksi, distorsi, dan bahkan politisasi tajam baik yang
dilakukan dari dalam maupun oleh pihak luar Islam.
Stereotipe negatif yang dilekatkan pada Islam mendapat perhatian
khusus dalam buku ini. Dengan pandangan, pembacaan dan perspektif tajam serta
kritis yang dibangun dengan argumentasi cerdas atas realitas Islam kontemporer,
Irwan Masduqi coba mendudukan wacana Islam kekinian dengan berbagai atribut
maupun simbolisme kekerasan dalam diskursus menarik yang menggugah pikiran.
Irwan, melalui bukunya ini, paling tidak berupaya mendialogkan
kembali realitas Islam di era postmodern. Selain itu, buku ini juga berikhtiar
melacak akar tumbuhberkembangnya kekerasan yang membawa embel-embel agama.
Karena diketahui, setiap agama, menurut John L. Esposito tak terkecuali Islam
dapat berpotensi melahirkan kekerasan jika ajaran agama yang kaffah dipahami
secara sempit dan fanatis(isme).
Bahkan, melampaui batas-batas itu, dengan perspektif politik
bernas, penulis buku ini melihat politisasi citra Islam sebagai agama
kekerasaan tak dapat dilepaskan karena faktor politik. Sejak 11 September 2001,
tulis Karen Barkey (2005), sebagaimana dikutip M. Dawam Rahardjo, dalam
pengantar buku ini, menyebutkan bahwa perhatian publik maupun dunia kesarjanaan
terarah pada masalah hubungan antara Barat dan Islam dalam aspek perbedaannnya,
terutama pada wilayah nilai-nilai sosial dan politik di mana agama merupakan
titik fokusnya.
Buku ini sungguh menggelitik intetektual kita. Mengkaji Islam
modern dengan streotipe negatif yang disematkan pada agama mayoritas di dunia
ini. Tujuannya, untuk meluruskan pandangan umat manusia di dunia, bahwa Islam
bukan agama teror. Melainkan, Islam diturunkan di bumi sebagai rahmat bagi
semua golongan, Islam adalah agama toleran yang hidup di tengah pluralitas dan
heterogenitas manusia. Ini adalah keniscayaan Islam.
Agus Syahputra* Ketua Umum IKPM Sumsel Yogyakarta 2012-2014
0 komentar:
Posting Komentar