Pages

Sabtu, 03 Maret 2012

Menghidupkan Spirit Toleransi Islam



Judul Buku      : Berislam Secara Toleran
Penulis             : Irwan Masduqi
Penerbit           : Mizan
Tahun Terbit    : 2011
Tebal               : 310 halaman
Abad modern ditandai keringnya spirit religiusitas (Islam), memaksa kita untuk berpikir, apakah umat Islam menjalankan agama sesuai petunjuk kitab suci Al-Quran dan Sunnah Nabi secara holistik. Pertanyaan ini memang patut diajukan, mengingat dewasa kini, tragedi kemanusian kerap muncul dalam kehidupan kita dengan membawa legitimasi dan simbol hingga doktrin agama Islam.
Ingatan kelam kita masih segar ketika bom Bali mengguncang negeri ini. Teror dan peristiwa keji atas nama agama Islam terus terjadi dan menghantui kerukunan umat beragama. Di Pandeglang, Banten, kekerasan terhadap kelompok agama ditebus dengan darah dan nyawa. Di kota lain, Solo, bom bunuh diri terjadi di gereja. Dan kini, kekerasan, pertikaian, horor dengan legitimasi agama masih mengintai.
Pertanyaannya, apa yang sedang terjadi dengan umat Islam? Apakah Islam memang agama yang kerap mengumbar kekerasan, mengangkat pedang, intoleran dengan perbedaan, agama eksklusif, merasa benar sendiri. Selain itu, apakah kini, ayat-ayat perang lebih ditonjolkan dari pada menebar ajaran damai. Pendek kata, tampaknya citra Islam sebagai agama damai dan agama rahmatan lil’alamin telah mengalami reduksi, distorsi, dan bahkan politisasi tajam baik yang dilakukan dari dalam maupun oleh pihak luar Islam.
Stereotipe negatif yang dilekatkan pada Islam mendapat perhatian khusus dalam buku ini. Dengan pandangan, pembacaan dan perspektif tajam serta kritis yang dibangun dengan argumentasi cerdas atas realitas Islam kontemporer, Irwan Masduqi coba mendudukan wacana Islam kekinian dengan berbagai atribut maupun simbolisme kekerasan dalam diskursus menarik yang menggugah pikiran.
Irwan, melalui bukunya ini, paling tidak berupaya mendialogkan kembali realitas Islam di era postmodern. Selain itu, buku ini juga berikhtiar melacak akar tumbuhberkembangnya kekerasan yang membawa embel-embel agama. Karena diketahui, setiap agama, menurut John L. Esposito tak terkecuali Islam dapat berpotensi melahirkan kekerasan jika ajaran agama yang kaffah dipahami secara sempit dan fanatis(isme).
Bahkan, melampaui batas-batas itu, dengan perspektif politik bernas, penulis buku ini melihat politisasi citra Islam sebagai agama kekerasaan tak dapat dilepaskan karena faktor politik. Sejak 11 September 2001, tulis Karen Barkey (2005), sebagaimana dikutip M. Dawam Rahardjo, dalam pengantar buku ini, menyebutkan bahwa perhatian publik maupun dunia kesarjanaan terarah pada masalah hubungan antara Barat dan Islam dalam aspek perbedaannnya, terutama pada wilayah nilai-nilai sosial dan politik di mana agama merupakan titik fokusnya.
Buku ini sungguh menggelitik intetektual kita. Mengkaji Islam modern dengan streotipe negatif yang disematkan pada agama mayoritas di dunia ini. Tujuannya, untuk meluruskan pandangan umat manusia di dunia, bahwa Islam bukan agama teror. Melainkan, Islam diturunkan di bumi sebagai rahmat bagi semua golongan, Islam adalah agama toleran yang hidup di tengah pluralitas dan heterogenitas manusia. Ini adalah keniscayaan Islam.   

Agus Syahputra* Ketua Umum IKPM Sumsel Yogyakarta 2012-2014

0 komentar:

Posting Komentar